Selasa, 29 Oktober 2019

Teori Pengambilan Keputusan

Kondisi Sosial Politik Indonesia Saat ini

Sosial dan politik mempunyai hubungan dan ketekaitan yang sangat erat. Seperti yang kita ketahui, bahwa dunia politik pasti berkenaan dengan dunia sosial masyarakat. Masyarakat menjadi penghubung antara sosial dan politik itu sendiri. Di dalam kegiatan politik, kita tidak bisa lepas dari partisipasi masyarakat karena masyarakatlah yang menjadi pelaku politik tersebut. Begitu juga sebaliknya, dalam kehidupan sosial kita tidak bisa lepas dari unsur – unsur politik.

Seperti yang kita ketahui, adanya persaingan dalam dunia perpolitikan adalah suatu masalah yang masih dirasakan dari dulu hingga sekarang. Persaingan tersebut dilakukan dalam bentuk persaingan sehat dan persaingan yang tidak sehat. Persaingan sehat akan memberikan dampak positif bagi siapapun, dan sebaliknya persaingan tidak sehat akan memberikan dampak negatif bagi pihak manapun. Persaingan tidak sehat ini, biasanya dilakukan dalam bentuk : saling menjatuhkan, menghina, memaki, bahkan saling menyakiti. Hal ini masih sering terjadi sampai sekarang ini. Ada banyak sekali tindakan – tindakan persaingan tidak sehat yang dilakukan antara partai politik yang satu dengan partai politik yang lainnya. Tindakan tersebut dilakukan oleh anggota partai politik, pengurus partai politik, pendukung partai politik, serta masyarakat yang sebenarnya tidak tahu menahu tentang politik tetapi memilih untuk mencoba melakukan tindakan tersebut. Sangat disayangkan jika masalah ini akan terus melanda negara yang kita cintai ini. Banyaknya partai merupakan bentuk dari kemajemukan bangsa yang seharusnya dijadikan pemersatu, bukan pemecah apalagi penghancur.

Masalah lain yang dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa sekarang ini adalah banyaknya partai politik yang memilih selebritis tanah air untuk menjadi anggota partainya. Dengan maksud rakyat lebih banyak memilihnya karena kepopuleran. Padahal, kinerja dari para selebritis tersebut tidak bisa dijamin jika hanya mengandalkan kepopuleran. Yang dibutuhkan dalam dunia perpolitikan Indonesia bukanlah sebuah kepopuleran, akan tetapi kinerja optimal yang dapat membangun politik Indonesia menjadi sangat baik. Dan seharusnya, partai politik memilih dengan bijaksana siapa anggota yang mahir pada bidangnya, bukan asal – asalan.

Sangat diakui, bahwa kondisi politik yang ada di Indonesia saat ini mengalami tingkat ‘buruk’. Keterpurukan ini disebabkan perpolitikan Indonesia yang tidak sehat. Banyak politisi di negara ini yang terlibat kasus korupsi. Mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dan lupa akan tugasnya sebagai pejuang rakyat. Bahkan saat ini, banyak pejabat dan tokoh yang hanya bisa bercuap – cuap berdiskusi di televise mencaci maki kinerja tanpa mengetahui jalan keluarnya. Bukankah lebih baik bertindak dibandingkan hanya berdiskusi di televisi? dan sebuah diskusi tidak akan berguna jika tidak ada solusinya.

Saat ini, Indonesia tengah mengalami masalah yang cukup serius. Hilangnya nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan dunia perpolitikan telah menimbulkan masalah yang sampai sekarang belum terpecahkan. Nilai – nilai pancasila sudah tidak lagi menjadi dasar negara yang diamalkan dalam kehidupan sehari – hari. Nilai pancasila sudah tidak lagi dijunjung tinggi. Dan nilai pancasila sudah tidak dihiraukan lagi oleh masyarakat Indonesia. Pancasila seharusnya dijadikan landasan dalam dunia perpolitikan. Pancasila seharusnya diterapkan dalam segala macam kegiatan yang dilakukan di dunia perpolitikan. Namun yang terjadi sekarang ini adalah sebaliknya.

Hal ini sangat disayangkan, karena pancasila adalah dasar negara yang menjadi simbol dari bangsa ini. Pancasila adalah alat pemersatu bangsa. Dan pancasila adalah pedoman bagi kehidupan bermasyarakat.

Kita tidak boleh menjadi bangsa yang lemah, menjadi bangsa yang hanya memikirkan nasib sendiri tanpa memikirkan orang lain. Kita tidak boleh menjadi bangsa yang hanya bisa ikut – ikutan dalam membuat masalah, menyebarkan suatu berita yang menimbulkan kerugian bagi orang lain, hanya berkomentar tanpa memberi solusi, bahkan malah menjadi penyebab dari masalah yang timbul.

Kita harus merubah pola pikir yang kita miliki, menjadi manusia yang berpikir kritis untuk kemajuan bangsa, dan harus bisa menemukan solusi, bukan hanya menanggapi. Kita tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap persoalan yang ada di depan mata. Bukankah lebih baik kita membantu daripada hanya melihat suatu kesulitan yang dialami oleh orang lain?

Keberagaman yang kita miliki, adalah asset terbesar untuk menunjukkan pada dunia bahwa kita mampu bersatu. Dunia perpolitikan merupakan suatu wadah untuk menyalurkan aspirasi kita dalam mewujudkan kemajuan bangsa., dan masalah yang ada harus kita jadikan motivasi untuk menyatukan bangsa ini.

Biografi Sofyan Djalil Menteri Agraria dan Tata Ruang (ART)

Sofyan Djalil resmi dilantik menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) di Kabinet Indonesia Maju. Di mana dirinya kembali lagi menjadi menteri di Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Sebelumnya, dia juga menjadi salah satu sosok yang datang ke Istana untuk memenuhi panggilan Presiden Jokowi. Kembali dipanggilnya Sofyan Djalil bukan tanpa alasan, setumpuk prestasi dan pengalaman yang mumpuni dimiliki olehnya. Bahkan, sepak terjangnya dalam dunia pemerintahan telah lama dilakukannya.

Biodata  :
Nama      : Sofyan Djalil
Lahir       : Aceh 23 September 1953
Agama    : Islam
Istri         : Ratna Megawangi
Anak       : Muhammad Rumi Djalil, Shafitri Muthia Djalil, Muhammad Lutfi Djalil

Biografi Sofyan Djalil Singkat
Sofyan berasal dari keluarga sederhana di Peureulak, Aceh Timur. Karena dia sadar kemampuan ayahnya yang tukang cukur dan ibunya yang guru ngaji, Sofyan saat kecil mencari uang dengan menjual telur itik di daerahnya. Sejak dewasa, dia pindah ke Jakarta, dan sempat menjadi penjaga mesjid di Menteng Raya 58 dan kondektur metromini. Pada saat itu juga ia terlibat dalam aktivitas kegiatan kemasyarakatan sebagai aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII). Seiring perjalanan waktu, dengan kegigihan yang dimiliki Sofyan, akhirnya dia bisa kuliah di Universitas Indonesia, dan suatu ketika berkenalan dengan Ratna Megawangi dari IPB Bogor, sampai mereka menjalani kehidupan keluarga dan kuliah di Amerika.

Sepak Terjang Sofyan Djalil
1. Langganan Jadi Mentri
Sofyan telah melanglang buana dalam bidang kementerian di Indonesia. Namanya seolah langganan dipanggil sebagai menteri oleh para penguasa yang tengah memimpin.
Pada periode pemerintahan Presiden B.J Habibie, Sofyan dipercaya mengemban tugas sebagai Asisten Menteri Negara BUMN mulai 1998-2000. Empat tahun kemudian, ia menjadi menteri.
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Sofyan dipercaya menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika dalam Kabinet Indonesia Bersatu I. Pada 2007, ia menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kabinet yang sama.

2. Ikut menjadi menteri di cabinet jokowi
Di Kabinet Kerja jilid I Jokowi-Jusuf Kalla, Sofyan dipercaya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selama satu tahun. Setelahnya, ia ditempatkan sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, sebelum akhirnya digantikan oleh Bambang Brodjonegoro.
Namun, bukan berarti Sofyan lantas menganggur.
Pada pertengahan 2016, Sofyan menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Kali ini, dia turut dipanggil kembali untuk menduduki salah satu kursi menteri pada Kabinet Kerja Jilid II Jokowi-Ma'ruf Amin.

3. Punya latar pendidikan yang keren
Pria kelahiran 23 September 1953 ini merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 1984. Sofyan lalu melanjutkan pendidikannya di Master of Arts in Law and Diplomacy (MAL) pada 1991 dan Master of Arts in Public Policy pada 1989.
Sofyan berhasil memperoleh gelar Ph.D dalam bidang International Financial and Capital Market Law and Policy dari the Fletcher School of Law and Diplomacy Tufts University. Sofyan memulai karier profesional sebagai peneliti.
Dia juga berhasil mencapai karir menjadi Associate Fellow pada Center for Policy and Implementation Studies (CPIS) selama 11 tahun lamanya.

Pendidikan :
·   sarjana Hukum (SH), Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, bidang studi Hukum Bisnis, tahun 1984
·    Master of Arts (M.A.), The Graduate School of Arts and Sciences, Tufts University, Medford, Massachusetts, Amerika Serikat, bidang studi Public Policy, tahun 1989
·    Master of Arts in Law and Diplomacy (M.A.L.D.), The Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, Medford, Massachusetts, AS, bidang studi International Economic Relation, tahun 1991
·  Doctor of Philosophy (Ph.D), The Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, Medford, Massachusetts, AS, bidang studi International Financial and Capital Market Law and Policy, tahun 1993

Karier :
1.     Kepala Divisi Riset dan Pengembangan, PT Bursa Efek Jakarta (Maret 1998-Juni 1998)
2.     Dosen, Pasca Sarjana, di UI dan Unpad, 1993-2003
3.     Komisaris di berbagai perusahaan, 2009-2013
4.     Staf Ahli Menteri Negara Pendayagunaan BUMN bidang Komunikasi dan Pengembangan SDM/Asisten Kepala Badan Pembina BUMN Bidang Komunikasi dan Pengembangan SDM (Juni 1998-Februari 2000)
5.     Tim mediasi perundingan pemerintah RI dan GAM di Helsinki, Finlandia, (2004-2005)
6.     Menteri Komunikasi dan Informatika, 2004 - 2007
7.     Menteri BUMN, 2007 - 2009
8.     Menteri Koordinator Ekonomi, 2014-2015
9.     Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas periode 2015-2016
10.  Menteri Agraria dan Tata Ruang, 2016-2019




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Bisnis Online

Definisi Bisnis Online Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari bisnis online yaitu usaha komersial dalam bidang p...