Kondisi Sosial Politik Indonesia Saat ini
Sosial
dan politik mempunyai hubungan dan ketekaitan yang sangat erat. Seperti yang
kita ketahui, bahwa dunia politik pasti berkenaan dengan dunia sosial
masyarakat. Masyarakat menjadi penghubung antara sosial dan politik itu
sendiri. Di dalam kegiatan politik, kita tidak bisa lepas dari partisipasi
masyarakat karena masyarakatlah yang menjadi pelaku politik tersebut. Begitu
juga sebaliknya, dalam kehidupan sosial kita tidak bisa lepas dari unsur –
unsur politik.
Seperti yang kita ketahui, adanya
persaingan dalam dunia perpolitikan adalah suatu masalah yang masih dirasakan
dari dulu hingga sekarang. Persaingan tersebut dilakukan dalam bentuk
persaingan sehat dan persaingan yang tidak sehat. Persaingan sehat akan
memberikan dampak positif bagi siapapun, dan sebaliknya persaingan tidak sehat
akan memberikan dampak negatif bagi pihak manapun. Persaingan tidak sehat ini,
biasanya dilakukan dalam bentuk : saling menjatuhkan, menghina, memaki, bahkan
saling menyakiti. Hal ini masih sering terjadi sampai sekarang ini. Ada banyak
sekali tindakan – tindakan persaingan tidak sehat yang dilakukan antara partai
politik yang satu dengan partai politik yang lainnya. Tindakan tersebut
dilakukan oleh anggota partai politik, pengurus partai politik, pendukung
partai politik, serta masyarakat yang sebenarnya tidak tahu menahu tentang
politik tetapi memilih untuk mencoba melakukan tindakan tersebut. Sangat
disayangkan jika masalah ini akan terus melanda negara yang kita cintai ini.
Banyaknya partai merupakan bentuk dari kemajemukan bangsa yang seharusnya
dijadikan pemersatu, bukan pemecah apalagi penghancur.
Masalah lain yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia di masa sekarang ini adalah banyaknya partai politik yang
memilih selebritis tanah air untuk menjadi anggota partainya. Dengan maksud
rakyat lebih banyak memilihnya karena kepopuleran. Padahal, kinerja dari para
selebritis tersebut tidak bisa dijamin jika hanya mengandalkan kepopuleran.
Yang dibutuhkan dalam dunia perpolitikan Indonesia bukanlah sebuah kepopuleran,
akan tetapi kinerja optimal yang dapat membangun politik Indonesia menjadi
sangat baik. Dan seharusnya, partai politik memilih dengan bijaksana siapa
anggota yang mahir pada bidangnya, bukan asal – asalan.
Sangat diakui, bahwa kondisi politik
yang ada di Indonesia saat ini mengalami tingkat ‘buruk’. Keterpurukan ini
disebabkan perpolitikan Indonesia yang tidak sehat. Banyak politisi di negara
ini yang terlibat kasus korupsi. Mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi
dan lupa akan tugasnya sebagai pejuang rakyat. Bahkan saat ini, banyak pejabat
dan tokoh yang hanya bisa bercuap – cuap berdiskusi di televise mencaci maki
kinerja tanpa mengetahui jalan keluarnya. Bukankah lebih baik bertindak
dibandingkan hanya berdiskusi di televisi? dan sebuah diskusi tidak akan
berguna jika tidak ada solusinya.
Saat ini, Indonesia tengah mengalami
masalah yang cukup serius. Hilangnya nilai pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dan dunia perpolitikan telah menimbulkan masalah yang sampai
sekarang belum terpecahkan. Nilai – nilai pancasila sudah tidak lagi menjadi
dasar negara yang diamalkan dalam kehidupan sehari – hari. Nilai pancasila
sudah tidak lagi dijunjung tinggi. Dan nilai pancasila sudah tidak dihiraukan
lagi oleh masyarakat Indonesia. Pancasila seharusnya dijadikan landasan dalam
dunia perpolitikan. Pancasila seharusnya diterapkan dalam segala macam kegiatan
yang dilakukan di dunia perpolitikan. Namun yang terjadi sekarang ini adalah
sebaliknya.
Hal ini sangat disayangkan, karena
pancasila adalah dasar negara yang menjadi simbol dari bangsa ini. Pancasila
adalah alat pemersatu bangsa. Dan pancasila adalah pedoman bagi kehidupan
bermasyarakat.
Kita tidak boleh menjadi bangsa yang
lemah, menjadi bangsa yang hanya memikirkan nasib sendiri tanpa memikirkan
orang lain. Kita tidak boleh menjadi bangsa yang hanya bisa ikut – ikutan dalam
membuat masalah, menyebarkan suatu berita yang menimbulkan kerugian bagi orang
lain, hanya berkomentar tanpa memberi solusi, bahkan malah menjadi penyebab
dari masalah yang timbul.
Kita harus merubah pola pikir yang
kita miliki, menjadi manusia yang berpikir kritis untuk kemajuan bangsa, dan
harus bisa menemukan solusi, bukan hanya menanggapi. Kita tidak boleh bersikap
acuh tak acuh terhadap persoalan yang ada di depan mata. Bukankah lebih baik
kita membantu daripada hanya melihat suatu kesulitan yang dialami oleh orang
lain?
Keberagaman yang kita miliki, adalah
asset terbesar untuk menunjukkan pada dunia bahwa kita mampu bersatu. Dunia
perpolitikan merupakan suatu wadah untuk menyalurkan aspirasi kita dalam
mewujudkan kemajuan bangsa., dan masalah yang ada harus kita jadikan motivasi
untuk menyatukan bangsa ini.
Biografi Sofyan Djalil Menteri Agraria dan Tata Ruang (ART)
Sofyan Djalil resmi dilantik menjadi
Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) di
Kabinet Indonesia Maju. Di mana dirinya kembali lagi menjadi menteri di
Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Sebelumnya, dia juga menjadi salah
satu sosok yang datang ke Istana untuk memenuhi panggilan Presiden Jokowi.
Kembali dipanggilnya Sofyan Djalil bukan tanpa alasan, setumpuk prestasi dan
pengalaman yang mumpuni dimiliki olehnya. Bahkan, sepak terjangnya dalam dunia
pemerintahan telah lama dilakukannya.
Biodata :
Nama : Sofyan Djalil
Lahir : Aceh 23 September 1953
Agama : Islam
Istri : Ratna Megawangi
Anak : Muhammad Rumi Djalil, Shafitri Muthia
Djalil, Muhammad Lutfi Djalil
Biografi Sofyan Djalil Singkat
Sofyan berasal dari keluarga
sederhana di Peureulak, Aceh Timur. Karena dia sadar kemampuan ayahnya yang
tukang cukur dan ibunya yang guru ngaji, Sofyan saat kecil mencari uang dengan
menjual telur itik di daerahnya. Sejak dewasa, dia pindah ke Jakarta, dan
sempat menjadi penjaga mesjid di Menteng Raya 58 dan kondektur metromini. Pada
saat itu juga ia terlibat dalam aktivitas kegiatan kemasyarakatan sebagai
aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII). Seiring perjalanan waktu, dengan
kegigihan yang dimiliki Sofyan, akhirnya dia bisa kuliah di Universitas
Indonesia, dan suatu ketika berkenalan dengan Ratna Megawangi dari IPB Bogor,
sampai mereka menjalani kehidupan keluarga dan kuliah di Amerika.
Sepak Terjang
Sofyan Djalil
1. Langganan Jadi Mentri
Sofyan telah melanglang buana dalam
bidang kementerian di Indonesia. Namanya seolah langganan dipanggil sebagai
menteri oleh para penguasa yang tengah memimpin.
Pada periode pemerintahan Presiden
B.J Habibie, Sofyan dipercaya mengemban tugas sebagai Asisten Menteri Negara
BUMN mulai 1998-2000. Empat tahun kemudian, ia menjadi menteri.
Pada masa pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Sofyan dipercaya menjabat Menteri Komunikasi
dan Informatika dalam Kabinet Indonesia Bersatu I. Pada 2007, ia menjadi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di kabinet yang sama.
2. Ikut menjadi menteri di cabinet jokowi
Di Kabinet Kerja jilid I Jokowi-Jusuf
Kalla, Sofyan dipercaya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selama
satu tahun. Setelahnya, ia ditempatkan sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas, sebelum akhirnya digantikan oleh Bambang
Brodjonegoro.
Namun, bukan berarti Sofyan lantas
menganggur.
Pada pertengahan 2016, Sofyan
menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Kali
ini, dia turut dipanggil kembali untuk menduduki salah satu kursi menteri pada
Kabinet Kerja Jilid II Jokowi-Ma'ruf Amin.
3. Punya latar pendidikan yang keren
Pria kelahiran 23 September 1953 ini
merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 1984. Sofyan lalu
melanjutkan pendidikannya di Master of Arts in Law and Diplomacy (MAL) pada
1991 dan Master of Arts in Public Policy pada 1989.
Sofyan berhasil memperoleh gelar
Ph.D dalam bidang International Financial and Capital Market Law and Policy
dari the Fletcher School of Law and Diplomacy Tufts University. Sofyan memulai
karier profesional sebagai peneliti.
Dia juga berhasil mencapai karir
menjadi Associate Fellow pada Center for Policy and Implementation Studies
(CPIS) selama 11 tahun lamanya.
Pendidikan :
· sarjana
Hukum (SH), Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, bidang studi Hukum
Bisnis, tahun 1984
· Master
of Arts (M.A.), The Graduate School of Arts and Sciences, Tufts University,
Medford, Massachusetts, Amerika Serikat, bidang studi Public Policy, tahun 1989
· Master
of Arts in Law and Diplomacy (M.A.L.D.), The Fletcher School of Law and
Diplomacy, Tufts University, Medford, Massachusetts, AS, bidang studi
International Economic Relation, tahun 1991
· Doctor
of Philosophy (Ph.D), The Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts
University, Medford, Massachusetts, AS, bidang studi International Financial
and Capital Market Law and Policy, tahun 1993
Karier :
1.
Kepala
Divisi Riset dan Pengembangan, PT Bursa Efek Jakarta (Maret 1998-Juni 1998)
2.
Dosen,
Pasca Sarjana, di UI dan Unpad, 1993-2003
3.
Komisaris
di berbagai perusahaan, 2009-2013
4.
Staf
Ahli Menteri Negara Pendayagunaan BUMN bidang Komunikasi dan Pengembangan
SDM/Asisten Kepala Badan Pembina BUMN Bidang Komunikasi dan Pengembangan SDM
(Juni 1998-Februari 2000)
5.
Tim
mediasi perundingan pemerintah RI dan GAM di Helsinki, Finlandia, (2004-2005)
6.
Menteri
Komunikasi dan Informatika, 2004 - 2007
7.
Menteri
BUMN, 2007 - 2009
8.
Menteri
Koordinator Ekonomi, 2014-2015
9.
Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Kepala Bappenas periode 2015-2016
10. Menteri
Agraria dan Tata Ruang, 2016-2019